-->

Friday, February 26, 2016

Catatan Perjalanan Ke Bontang Kaltim

Mendengar nama Bontang, sebagian besar dari kita akan langsung mengingat dua buah pabrik besar yang beroperasi disana. Yakni Pupuk Kaltim dan Badak LNG, dua buah pabrik raksasa yang sedikit banyak telah menjadikan Bontang seperti saat ini. Pengaruh paling nyata adalah banyaknya pendatang dari luar Kalimantan yang menjadikan Bontang sebagai tempat mencari nafkah. Tidak hanya bekerja di dua pabrik tersebut, tapi banyak sektor lain yang menjanjikan yang bisa diraih di Kota Taman itu. Padahal masih ada alasan lain untuk mengunjungi Bontang, selain sebagai tempat untuk mencari nafkah.

Saya mantabkan niat mengunjungi kota yang berjarak sekitar 3 jam dari Samarinda itu dengan menaiki bis umum. Bis berangkat dari Terminal Lempake dengan biaya sekitar Rp 20 ribu saja. Bis merayap membelah sebagian sudut-sudut Samarinda yang tampak sangat sibuk. Kiri kanan jalan terlihat begitu banyak pembangunan gedung baru, baik hotel, pertokoan hingga ruko-ruko berbagai bentuk. Kontur geografis Samarinda yang berbukit-bukit mengingatkan saya pada kota Semarang. Tapi bedanya adalah Samarinda dibelah oleh Sungai Mahakam yang sangat tersohor itu. Sehingga tak heran jika di sekitar pusat kota berseliweran kapal-kapal besar merayap di atas sungai yang terkenal akan ikan pesut nya itu.

Memasuki tepian kota, jalan masih-masih meliuk-liuk terkadang konturnya turun naik. Jalan beraspal terlihat mulus, lalu lintas tak lagi ramai. Kiri kanan jalan saya menyaksikan hamparan perbukitan gundul yang merupakan sisa-sisa penebangan hutan. Saya jadi teringat ucapan seorang kawan di Banjarmasin, yang menyatakan bahwa era penebangan hutan mungkin telah berlalu, saatnya bumi dikoyak untuk mendapatkan batubara. Miris memang bila menyadari hal itu. Pulau Kalimantan memang sangat kaya soal sumber daya alam. Tak hanya hutan dan batubara, pendulangan intan bernilai tinggi juga ada di pulau nya suku Dayak ini. Biji besi dan gas metana katanya mulai akan digarap di Kalsel. Tak salah memang jika semua itu di eksplorasi, namun alangkah baiknya tetap peduli pada kelestarian alam.

Tak terasa bis non AC yang saya tumpangi telah memasuki kota Bontang. Sebuah gerbang besar menyambut kedatangan saya. Kesan pertama saya sesaat setelah memasuki Bontang adalah kota kecil yang sangat bersih dan asri. Tak ada kata semrawut untuk menggambarkan kota tepian laut ini. Rumah-rumah penduduk, perkantoran dan pertokoan berpadu apik dengan ramai nya pepohonan hijau. Sementara di sudut-sudut lain, saya banyak menemui taman kecil. Mungkin inilah alasan kenapa Bontang berjuluk sebagai Kota Taman.

Ada beberapa objek wisata yang akan saya kunjungi selama berada di Bontang. Diantaranya adalah Pulau Beras Basah, Bontang Kuala, wisata kuliner dan lain sebagainya. Kunjungan pertama saya adalah Bontang Kuala. Sebuah perkampungan diatas air yang menjadi salah stau ikon pariwisata Bontang.

Layaknya sebuah kota, perkampungan yang berada di tepi laut lepas ini juga memiliki banyak fasilitas. Tak heran jika saya menemui masjid, toko, café lengkap dengan karaoke bahkan panggung hiburan pun ada disana. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu tampak rapi berjejer di air laut. Jalan penghubung antar rumah adalah berupa jembatan yang juga terbuat dari kayu. Saya kadang berpapasan dengan warga yang tengah asik bersepeda motor disini.

Saya langkahkan kaki menuju tepi perkampungan yang langsung bersebelahan dengan laut lepas. Disana ada semacam alun-alun berukuran seperti lapangan futsal. Kiri kanannya banyak sekali pedagang minuman dan makanan bergedung sederhana. Umumnya minuman yang dijual adalah aneka jus buah dan makanan semacam nasi goreng.

Jauh-jauh berkunjung ke Bontang rasanya tidak masuk akal jika saya hanya menyantap jus dan nasi goreng. Maka pilihan saya jatuh pada Sokko, makanan yang kata penduduk Bontang Kuala berasal dari sini. Sokko berpenampilan sederhana namun tampak menggoda selera saya. Bahan utamanya adalah ketan yang dimasak tanpa menggunakan santan.



Ketan tesebut dicetak di dalam sebuah mangkok kira-kira berdiameter 10 centimeter. Diatas cetakan ketan yang sudah berbentuk ditaburi parutan kelapa muda. Tak hanya itu, Sokko juga dilengkapi dengan lauk berupa ikan laut yang telah digoreng lalu disuwir-suwir kecil. Potongan ikan itu lalu ditumis dengan potongan bawang merah, yang dicampur dengan cabe kering, garam, gula pasir dan bawang merah yang telah dihaluskan.



Saat saya menyantapnya, ternyata jauh lebih nikmat dari apa yang bisa saya bayangkan. Rasa pedas tampak mendominasi indra perasa saya. Menambah nikmat kuliner khas Bontang Kuala itu. Saya hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 2 ribu saja untuk membayar kuliner unik dan khas itu. Harga yang tampak sangat masuk akal dan bersahabat untuk satu porsi Sokko. Saat ini tak banyak pedagang di Bontang Kuala yang menjajakan Sokko. Maka sangat dibutuhkan kejelian kita untuk menemukan pedagang Sokko di sekitar Bontang Kuala.



Tak hanya ramai dikunjungi wisatawan, Bontang Kuala juga menjadi tempat favorit warga Bontang untuk bersantai. Waktu paling ramai adalah saat menjelang senja dan pada malam hari, terutama sabtu malam. Biasanya ada pertunjukan musik dan hiburan lainnya. Cukup menghibur memang.

Malam menyambut saat saya berniat berkeliling kota. Suasana kota Bontang terasa lebih semarak pada malam hari. Banyak pertokoan dengan lampu-lampunya masih beraktivitas. Sejumlah pemilik rumah makan pun masih semangat menjajakan dagangannya. Termasuk RM Sari Laut Surabaya yang saat ini saya singgahi. Menu andalan di rumah makan sederhana ini adalah kepiting goreng mentega kriuk. Sulit digambarkan betapa nikmat nya kepiting goreng di tempat ini. Sejumlah kepiting berpadu dengan lezatnya aneka bumbu yang melekat di setiap cangkang dan daging nya. Sementara, cocolan sambal pedas dan lalapan sayur mentah semakin menambah nikmat menu yang disajikan. Satu porsi terdiri dari 2 ekor kepiting ukuran besar dengan harga Rp 35 ribu saja. Sehingga saya benar-benar merasa kenyang setelah melahap semua kepiting yang ada.



Rasanya jauh-jauh ke Bontang akan terasa rugi jika tak menyaksikan suasana pabrik Pupuk Kaltim pada malam hari. Saya cukup berkunjung ke area samping Hotel Bintang Sintuk untuk menyaksikan pabrik milik BUMN tersebut. Meski saya belum pernah ke Hongkong, namun mata saya mampu sedikit menyetarakan ribuan lampu di sekitar pabrik dengan lampu-lampu perkotaan di Hongkong sana. Sungguh pemandangan yang spektakuler, sebuah pabrik raksasa yang mirip kota besar di malam hari.

Tak terasa perjalanan saya di Bontang harus segera saya sudahi. Di pagi minggu yang cerah, saya disuguhi semangkok mie godok Jawa bikinan salah satu teman yang rumah nya saya jadikan tempat menginap selama di Bontang. Dengan berat hati saya meninggalkan kota Bontang dengan segala pesona nya.

Akomodasi :



Maskapai penerbangan cukup banyak melayani rute Jakarta menuju Balikpapan. Dengan harga mulai dari Rp 500 ribuan. Dari Balikpapan anda bisa menuju Bontang dengan menumpang bis seharga Rp 85 ribu. Lama perjalanan sekitar 5 jam. Atau jika anda dari Samarinda, maka biaya bis hanya Rp 20 ribu saja. Bontang termasuk kota yang tidak banyak memiliki hotel berbintang. Mungkin Hotel Bintang Sintuk bisa anda jadikan sebagai tempat menginap yang berkelas selama di Bontang. Lokasinya yang berada di sekitar Komplek perumahan Pupuk Kaltim, menjadikannya cukup tenang dan asri. Dari area hotel anda bisa menyaksikan pabrik PKT yang semarak di malam hari. Bontang Kuala adalah lokasi tepat untuk mencicipi Sokko. Makanan yang terbuat dari ketan, parutan kelapa dengan tambahan ikan berbumbu pedas. Satu porsi hanya sebesar Rp 2 ribu saja. Selain itu, kepiting goreng mentega kriuk di RM Sari Laut Surabaya sangat direkomendasikan jika anda berkunjung ke Bontang. Alamatnya di Jalan Bayangkara samping pom bensin telpon (0548) 24909. Lagi-lagi Bontang Kuala menjadi tempat yang pas untuk berbelanja oleh-oleh selain untuk mencicipi Sokko. Disini terdapat beberapa rumah penduduk yang menjajakan aneka souvenir khas Bontang. Seperti rumah suku Dayak yang berbentuk panggung dan aneka cinderamata yang terbuat dari karang laut. Selain itu, di Bontang Kuala juga banyak dijual terasi khas Bontang Kuala. Harganya mulai dari Rp 5 hingga 10 ribu saja. Jangan khawatir jika aroma terasi nya kemana-mana, karena terasi khas Bontang Kuala sudah dibungkus sedemikian rupa. Sehingga “aman” jika dijadikan oleh-oleh.

Sumber : Nasrudin Ansori Blogger Banjarmasin

Previous
Next Post »